hi. .
konyol bukan bahwa aku hanya sempat berkata hai, padahal selama dua jam disiang hari ini, kau disampingku. tepat disampingku. hanya beberapa mili kau jauh dariku. aneh.
aku diam tapi kurasakan,
setiap gerakmu,
setiap tutur katamu,
setiap tatapanmu
setiap tawamu,
bahkan nafasmu, dan jantungmu pun berdesir digendang telingaku, tapi aku tertunduk.
berminggu-minggu kurasakan kehampaan tanpa hadirmu, sekali kau hadir, tapi tak tersentuh.
kurindukan waktu kita bersama, sekali kau tampak namun serasa begitu. . . jauh.
ingin kupeluk kau tanda kurindu, inginku tertawa bersamamu layaknya dulu, inginku hidup terus disismu layaknya saat itu dengan binar kebahagian.
ingin kukatakan saat itu, namun tak banyak ketegaran yang kupunya tuk menatapmu.
luluh jikaku tatap mata itu, seakan kurindu kau yang dulu. .**** kecilku.
mereka tertawa, membicarakan seribu gelagat tentang kita, tapi mereka tak tau, apa yang terjadi didalam hati kita.
mereka menerka, bahwa semua baik-baik saja, walau hati ternyata pilu.
saat itu aku berharap tuhan menyabut nyawaku, ketimbang aku harus ada disisimu tapi tak dihatimu.
apa jangan-jangan kau seakan lupa bahwa ini aku?? tak kenalkah??
andai kau tau bagaimana kondisiku saat ini. mungkin kata 'kasihan' mu itu baru berguna untukku.
kau pergi dan membawa segalanya, hingga senyumku tinggal membekas.
kau seakan mudah meninggalkan segalanya, tapi hanya kesedihan, dan ketidak pastian.
lihat aku, aku bagai seonggok mawar layu yang tak bernilai.
kini semua orang tau bahwa betapa lemahnya aku dihadapan orang yang mencomooh beratas namakan dirimu. kubela kau. tapi kau acuh.
kuberupaya sabar dan tetap memilihmu, hingga mati atas keterpurukan ini, kuberharap masih mampu tuk melihatmu tersenyum. . .