Selasa, 20 Maret 2012

dear dhif. . .

dhif. . .

kuharap kau ditempat yang aman. karena diluar sana angin sedang memberontak. seperti rasa takutku malam ini akan datangnya esok hari, dhif.
aku takut, aku takut tak akan mampu saat melihat matanya, aku takut luruh didepannya saat petir akan kenangan itu datang. ku harap disaat itu terjadi, aku berada dilindungan orang orang yang kusayang, mereka atau adikku. . .

kini aku bersiap, dhif. .
aku mempersiapkan semua peralatan perangku malam ini.
agar saatnya fajar tampak, aku cukup tegar untuk menuju tempat itu, sekolah. . .

aku sebenarnya juga berharap kau disana, agar kau menjadi tameng saat dia meluncurkan tatapan belas kasihannya itu. tolong aku, dhif. .

bersama siapa pun aku disana, intinya aku akan menghadapinya sendiri. menghadapinya dengan sisa ketegaran yang kupunya, 
berusaha tersenyum ramah meski sakit rasanya, 
berifikir bahwa tak terjadi apa-apa selama ini, meskipun begitu banyak cara untuk menguak masa lalu, sakit ya tuhan!!
bertekad bahwa segalanya akan baik-baik saja, meski ketika malam tangis itu ruah. . .

mungkin lebih baik jika aku berharap dia tak melihatku, menganggapku tak ada tertelan bumi, atau entahlah. karena dengan begitu, aku dengan mudah tak menemuinya, meski hati ingin kurengkuh wajahnya. 
cukup tau aku dengan kabarnya, ingat asal dia masih bernyawa, kumohon. . .

Ya Allah, tentu ini maumu, meski bukan keinginanku, tapi aku terima.
ini pasti yang terbaik, yakinkan hal itu padaku, karena tanpa keyakinan itu, aku gila tanpanya. 
kau pasti tau bagaimana aku sekarang, pasti kau melihat betapa buruknya aku dari atas sana. maka kuatkan aku, tuhan. akan hari esok dan seterusnya. hilangkan semua ketakutanku, dan kembalikan tawa ku yang dulu, bersama mereka. semoga dapat ku tempuh jalanmu besok, Ya Allah. . .

amin kan doa ku barusan, dhif. .
terima kasih.

tak terasa jatuh air mata ini dhif, kala doa doa seperti ini kupanjatkan atas nama kebaikan. atas nama yang terbaik, dan atas nama dia.

hei teman, hei adikku. bisa kalian besok bantu aku? 
melewatkan beberapa jam kedepan, menyaksikan seseorang dulu yang ada dalam genggamanku kini menjauh dariku, menyedihkan. . 
mungkin kalian hanya perlu duduk, dan memperhatikan proses kedepresianku berlangsung, mengenaskan. .
setelah itu pulang, setelah itu terkurung aku dalam kehampaan, dan terus begitu setiap harinya.
hingga hari itu datang, hari yang meriah untuk kita namun menyedihkan. perpisahan.
sakit dada ini, sesak dibuatnya jika ku ingat akan hari itu, lupakan. . .  
kuharap kalian tetap ingat akan diriku, meski hari itu telah bergulir.



dan kau dhif, kala hari itu datang, dan kala dimana dia pergi. bersediakah kau tetap bersamaku?