Kamis, 28 Juni 2012

kisah seorang ibu ditanah haram

ini kisah seorang ibu dengan kesedihan sekaligus ketabahannya dalam menjalani hidup.
ini cerita yang ia suguhkan ditanah yang Allah SWT berkahi..Mekkah almukarrahmah.

cerita ini pun kumulai...

siang menggantikan pagi. matahari semakin tinggi menunjukkan waktu menuju dzuhur.
setelah gagal dengan upayaku bersama ibu, dan bu'de mencium hajar aswat, kami mempersiapkan diri dengan berwudhu, dan mengambil barisan untuk menghadap sang khaliq.
dzikir dilafadkan dalam hati, menenangkan, dan menyejukkan kala suhu tak bersahabat kala itu.

tak lama waktu berselang, datang seorang ibu nan cantik asal Banjarmasin, Kalimantan.
ia mengambil posisi untuk solat sunnah bersebelahan dengan ibuku.
hingga waktunya untuk berkenalan pun tiba selayaknya ibu-ibu yang baru bertemu.

bincang demi bincang berlalu, dan terbesit pertanyaan dengan siapa ibu ini datang ketanah nan suci.

"ibu datang kesini sama keluarga?? suami atau anak??" ibuku bertanya..
"saya datang sama ponakan, enggak kok suami saya kerja, saya udah GAK PUNYA ANAK, bu" wanita ini menjawab.

spontan pertanyaan ibuku terjurus pada pernyataannya yang terakhir. 

hingga pertanyaan demi pertanyaan terjawab, dan kisah itu menjadi satu beriringan dengan turunnya air mata sang ibu tersedu..

ia memiliki seorang anak semata wayang. ia mengurusnya hingga si anak (sebut saja Galih) mampu menempuh pendidikan tingkat kelas 2 SMA. 
Galih memang terkenal sebagai anak yang pendiam, namun aktif dalam segala kegiatan. ia pun seorang pengendara motor yang lihai, jalan demi jalan ia lewati tak jarang dengan luka pada akhirnya, tapi tetap berharap pulang dengan utuh tentunya..

hingga suatu ketika..

"kamu kalau naik motor pelan-pelan dong, dikit-dikit jatoh, patah ini itu, dari pada kamu menderita kaya gitu, kesakitan, mendingan mati sekalian aja.." ibu berucap.

lidahmu, harimaumu. itu pepatah biasa yang terlontar kala kutuk terucap.
restu orang tua, restu Allah juga, itu doa yang paling mujarab dijagat raya.

dan Allah berkehendak tak berkutik seketika siapa pun yang dikehendakinya..

10 tahun berlalu, karena ulahnya, Galih muda terbujur dibawah pusara, sendiri, dan berjuang menuju sisiNya. ia terlempar bermeter-meter dari tempat dimana ia mendapatkan hantaman keras dari motor yang menabraknya. tanpa darah, tanpa jeritan, tanpa tangisan, ia sempat terbaring koma selama 2 hari menjelang proses operasinya. segala upaya sang ibu dan ayah perjuangkan. namun sayang, ia sudah pada takdirnya, Allah sudah memanggilnya kala semua sudah berusaha untuk yang terbaik, tapi ini yang terbaik baginya..

ibu berusaha tegar, dan ayah akan menerima kehampaan atas hilangnya sang Galih kecil.

hanya doa, dan kasih sayang tak akan putus hingga kita menyusulnya.

kasih ibu sepanjang masa.. hanya itu pedoman bagi sang bunda kala ia hadir disamping kubur si anak, ia mengaku sangat nyaman baginya bila datang berziarah.. dan tak ingin pulang rasanya..

tak terasa pilu berlinang air mata kurasakan dihati, sejenak aku berdoa bagi yang disana, dan menatap ibuku dengan ucap...


Terima kasih, Bunda...


didedikasikan bagi seluruh anak & ibu Indonesia..