Sabtu, 17 Maret 2012

dear dhif. . .

malam dhif. . .

sungguh tak kuasa aku menopangnya. .
ingin kukabari namun semakin takut aku untuk pergi darinya. . .
ingin rasanya kini disamping mereka, meski bisu tetap berkuasa.

aku hampa, dhif. . .
aku rindu. . .
aku takut. . .
aku kalut. . .

seakan semuanya menerjangku tanpa ada belas kasihan, segala sesuatu tentang dirinya tak kunjung luput dari bayangku.
kucoba pejamkan mata, mungkin tidurku dapat membuyarkannya. tapi semuanya. . .gagal.
kucoba menyendiri, mungkin sepi akan membawanya pergi bersama angin. tapi ternyata. . .malah semakin menjadi.
kucoba membawanya dalam kebohongan tawa yang kubuat, namun itu hanya membuka luka, mengingat bagaimana caranya dia membbuatku tertawa lepas dengan kekonyolan, dan pola pikirnya. . .


selama ini aku sering membicarakan caranya menyampaikan maksud fikirnya di pesan singkat, yang begitu cepat membuatku dan mereka tertawa terpelanting sangking lepasnya. . .

kami terduduk diteras rumah teman kami, menertawakan segala macam tentang dia dan temannya, 1,2,3 cerita terlewatkan, namun sekarang tak berani aku menyebut namanya. .
aku rindu tawa mereka, aku rindu kenangannya, tapi maaf, aku tak bisa. . .

sekarang, pesan masuk itu sama jadinya dengan kotak kosong yang hanya dipenuhi debu....hampa.


untung aku masih bisa berpegang terhadap-Nya. Dia yang tak pernah ketinggalan cerita, karena Dia juga yang menciptakan dan menakdirkannya padaku, Allah SWT. .
ya, hanya Ia lah kini aku masih dalam tingkat kewarasanku. 
karena keimanan ku lah yang membawaku akan kenyataan, bahwa jangan mencintai melebihi cinta kita pada-Nya. .
aku ingat akan hadirmu, Ya Allah. maka tolonglah aku untuk berdiri tegap tanpa kehadirannya. .


dia titipanmu yang tak sanggup ku jamin kebahagiannya, jadi kulepas dia dan kuserahkan pilihannya pada-Mu. berikan dia akan seseorang yang mampu membahagiakannya, serta ingat akan kebesaranmu Ya Rabb. .
tak usah kau cemaskan aku, karena aku selalu dibelakangnya, dibelakang ribuan doa yang kukirimkan atas namanya. .


tadi itu doaku, dhif, untuk dia disana. 
sekarang aku yang bertanya padamu, pada diriku, pada mereka, atau pada siapapun yang mendengarkan, 


kalau namanya selalu ada dalam doaku, tapi akankah namaku terdapat dalam doanya??. . .
semoga saja. . .

dear dhif. . .

hi, dhif. . .

kemarin dan kemarinya lagi, hingga ku tak tau kapan, aku menunggunya dibawah hujan yang mengguyur tubuhku dengan deras. . . berdoalah semoga aku tak jatuh dibawahnya.

aku menunggunya disini dengan harapan dia datang membawa janji. Janji yang lama dia pendam, dan kini dia bawa pergi. .
kepergiannya. . 
kehilangannya. .
dan semua jejak wujud langkahnya seolah menjadi hantu akan tidurku dipenghujung malam.
dia pergi dan membawa semuanya, seolah tak rela menyisakanku dan kini membiarkanku terperangkap dalam kehampaan. waktu, cerita, kenangan, tawa, hingga kabar. . .hilang. . .

kini yang tersisa benar benar hanyalah lubang penderitaan, mimpi buruk yang menderu akan kekhawatiranku pada dirinya, bahagiakah dia disana??? entahlah. . . namun aku tidak, tentu tanpanya. .

Dan dengarlah, hari ini aku mengambil sesuatu yang berarti dalam fikiranku untuk orang yang kusayangi. . . keputusan. . .

entah benar atau salah langkah yang kuambil ini, namun aku fikir ini yang terbaik. ..
aku benci akan hal ini, tapi mungkin dia pun menginginkannya. 
kini aku berusaha pergi dan berlari tanpa menoleh kebelakang, meski aku harus tersauk-sauk akan nafsu untuk kembali padanya. aneh memang, dulu aku yang menginginkannya, namun aku juga yang pergi, tapi tak pernah ada tindakan yang tak ada alasaannya, 
kumohon mengertilah. . 
jangan kau marah seperti yang lainnya karena pilihanku ini, karena jika kau pun bertanya 
untuk siapa ini ku lakukan , maka aku pun akan menjawab "untuknya"


dan sekarang aku berlatih dan berusaha memahami bahwa kehidupan begini rasanya jika tak bersamanya. . 
meskipun ada perbedaan yang tampak pada raut muka, namun aku berusaha tegar. .
kurasa kau pun tau, bahwa aku ada mereka, 
mereka yang kusayang, 
mereka yang dapat menutup luka, 
mengganti tangis menjadi tawa, 
dan mereka yang rela memelukku kala aku merindu dan menggila akan kealphaannya. . 


konyol memang jika, mimpi saja bisa membuatku mengerang, menangis dalam tidur yang seharusnya menenangkan fikiran. .
aneh memang jika, lamunan saja dapat membawaku pergi meninggalkan kesadaran. .


aku benar benar terperangkap dalam pojok kedpresian, yang dulu sangat kuhindari, namun sekarang kurasakan.


tapi ini aku dhif, fitri yang sesungguhnya. . 
fitri yang aku sendiri baru menyadari, bahwa trauma dapat membunuhnya. . .
dan ini benar benar aku dhif, fitri yang sedang berusaha hidup dengan doa yang terbaik terpanjatkan tetap untuk dia yang disana. . .