Minggu, 01 April 2012

dear dhif. . .

dhif. tolong aku. .tolong aku. . .tolong aku

luka itu kering, namun terkorek lagi, bahkan begitu parah. kini tak terbendung tangisku, dhif. . .
semua kembali kepermukaan, setelah kuberjuang menenggelamkannya, kini aku terseret arusnya. aku tak ingin jatuh lagi, dhif. . .
namun tak sanggup jikaku harus berjuang sendiri dengan besarnya cobaan seperti ini.

begitu cepat kesedihan melandaku lagi, sebelum kering pelupuk mata ini, aku sudah menangisi tuk membasahinya kembali. aku terpuruk. .

disela-sela kebahagian yang kurasakan memang kufikir ada desir yang mengganjalnya, namun aku diam. 

aku diam, diam, dan diam, hingga kurela dicaci maki, bahkan dipermalukan seperti layaknya perempuan murah yang tak berharga didepan semua orang. dengan siapa?? tak usah kusebut karena itu hanya menimbulkan amarah.

hingga kuharus berlari, mengejar pelukan sahabat yang tersisa kala itu, dhif. . 
bahkan dia yang disana pun tak hadir dipelukanku. tak dapat kuraih.
tumpah ruah disana tangisku.
berkaca, dan bertanya, salah apa aku?
aku hanya mencintai sesorang yang pernah dia cintai. 
jangan paksa aku tuk meninggalkanhya, karena ku tak sanggup.
dan tak semestinya mereka ataupun dia melakukan itu.

kucoba selesaikan masalahnya dengan meminta bantuannya yang disana. tapi ia melepasku, ia membiarkanku menghadapinya sendiri.
aku memang tak menginginkan dia melakukan apapun tuk masalah ini, tapi coba lihat sisi yang selama ini kututupi akan keburukannya. dia tak berubah.
aku tak ingin membalasnya, sama sekali tak akan pernah. tapi kumohon, hormati aku. hargai aku seperti layaknya kau menghargai dirimu sendiri sebagai wanita.

seharusnya dia pun tak perlu iri akan diriku, dhif. hingga berbuat seperti itu, karena jika dia pun tau, kini aku malah terbunuh oleh sikap orang tercintanya. . . 
itu yang kurasa.

maaf aku terpuruk, lagi. . .