Sabtu, 26 Juli 2014

ini ceritanya

aku seorang gadis kecil saat itu. yang belum mengerti akan keributan yang selalu terjadi antara mereka. namun, berjalannya waktu, aku pasti tumbuh dewasa, mulai mempertanyakan apa yang terjadi, dan mulailah pula semua kebohongan yang diawal bermaksud agar aku tak berkecil hati jikalau tau bahwa mereka akan berpisah. aku tumbuh dengan penuh harap dan cemas saat tak lagi kebohongan itu mempan memperbudak kedewasaanku. dikala satu kata itu menjadi bumerang bagi setiap rumah tangga jika terucap, "ku ceraikan kau!!", nah  itu yang selalu kudengar dari mulut salah satunya jika peperengan dimulai, yang satunya lagi menangis, bagaikan panggung teater mereka mempermainkan semua gencatan itu didepanku. hingga... hingga aku memiliki adik laki-laki yang saat ini berada pada masa pencarian jati diri, kami semakin besar, dan berarti aku tak lagi sendiri yang menjadi penonton dari teater memuakan itu..

sebelumnya..

mereka?

siapa mereka?

mereka, 2 orang yang Allah tetapkan sebagai orang tuaku, pemeran utama dari teater itu. mereka yang aku harapkan bisa terus bersamaku (Amin) dengan kondisi, keadaan, rohani dan jasmani yang baik. 

dan

kami..

kami, ya kami, aku fitri dan sendi, penonton setia yang tak lupa kena imbasnya ketika teater dimainkan, dan tak pernah berhasil bangkit dari bangku penonton, seolah pantat kami diberi lem power glue, sungguh sulit..

lama kelamaan kami mulai ahli dalam menyimpulkan akhir dari setiap pertunjukan. sekalinya kami menyimpulkan dan itu benar, maka kami akan terharu, bukan terharu karena sebuh kebanggaan, tapi karena kesakitan, kepedihan, dan rasa marah yang diulenin jadi satu. 

setiap kesimpulannya berbeda-beda, namun selalu ada benang merahnya. 

didalam panggung..

dengan pembelaannya, pemeran wanita berkata, "mana ada seorang istri yang mau dimadu!!" atau sejenisnya..

lalu pemeran laki-laki dengan urat yang tak kalah besar dan sama ngototnya menyangkal degan segala cara. 

backsound, gemuruh barang pecah belah, sampai yang plastik menghantarkan setiap scene nya menjadi lebih mencengkam.

kembali ke kursi penonton.... kami berderai air mata, mengharap teater itu musnah seketika tertelan gempa, atau apalah... 

itu, itu klimaks yang membuatku kini muak, mual, dan akhirnya memuntahkan semua emosi, dan protes protes bak pembeli yang dikecewakan penjualnya. dengan penuh kesadaran, air mata mulai membanjiri pelupuk mata, asma yang mencekik, aku berkata bahwa aku siap mencari bukti, mempergoki, bahkan mati ditempat untuk semua tuduhan yang diberikan mama terhadap ayahku..

tertanggal 24 Juli 2014, aku mulai meniatkan, bahwa aku akan fokus pada masalah ini, dan dengan ijin Allah aku akan lebih kuat.

aku mengorbankan banyak pihak yang kucintai, mereka harus menunggu atas kebungkamanku selama beberapa minggu ini. didukung dengan alat komunikasi yang minta diganti atau lebih tepatnya dibanting karena ketidak bergunaannya..

aku berdoa, agar cerita ini hanya aku yang punya, cukup aku yang merasakan, dan tak bosan aku selalu mengatakan "jaga keluarga kamu ya, akau juga akan begitu, semampu aku.." 

 

cerita ini (belum) berakhir..

Jumat, 25 Juli 2014

sekarang

keadaanya memang tidak membaik dari hari hari sebelumnya, dan itu sudah biasa..

bedanya, jika kemarin bahkan dulu hanya terus berteriak, membentak, mencaci, memerintah dan suara suara pecah piring mencium tembok, sekarang lebih tenang. tenang, dan menghanyutkan. menghanyutkan semua yang disekelilingnya pada ketidak berdayaan.

mereka yang berbuat tak berdaya lagi mencaci, dan menuduh. dan kami tak berdaya lagi hidup di rumah yang tak ada bedanya dengan palestina di tv tv..

1 lagi jika dulu hanya ada gertakan, sekarang ada tindakan.

juga..

jika dulu hanya dugaan, sekarang,

akan kami cari bukti dari dugaan itu semua..

dari dua baris tulisan terakhir itulah, malam tak berkawan ini, dimulai...

Minggu, 02 Juni 2013

diriku ikhlas saat ini...

Syarat & Cinta

oleh Fitriana Amalia (Catatan) pada 13 Januari 2010 pukul 21:10

Rabu, 13 jan '10

tak ad yg bnyk brubah hr ini, tp mgkn 'hari ini' aku blajar tertawa setelah ITU.

Aku kini bnyk tau, bhwa tak hnya diriku tau dirimu pun yg trpisah. Bnyk dblkg sana yg menangis. PUTUS, BRANTEM, bahkan, ada yg pngn BALIKAN, itulah yg namanya kisah CINTA. 

Tp pelajaran untuk hr ini adalah. 

Bahwa seperih apapun CINTA itu, yakinilah dia pernah membahagiakanmu.

Kedua, tak prlu sling menyalahkan, tau disalahkan tntg berakhirnya hubungan ini. Berusalah tegar dan intropeksi drmu.

Ketiga, bangkit dan sambut mentari brsm orang orang  tercintamu.

Terakhir, percayalah. dia bahagia disana karena ia kini bersama sang penciptanya  dan Cinta tak pernah bersyarat termasuk.. . . 

Cinta tak pernah mengharuskan dia HIDUP lebih lama dr kita. 

:)

untuk teman..

Pelangiku. . .

oleh Fitriana Amalia (Catatan) pada 11 Januari 2010 pukul 16:32

Senin, 11 januari 2009.

Mulanya aku ragu, apabila hr ini dapat mengubah diriku yg tengah kelabu menjadi lbh bersinar.

Namun, aku tak bs mengerjapkan mata ketika warna pelangi itu dhadapanku.

Percaya atau tidak, sekilas aku lupa akan sedihnya kepergianmu, rasa sakit, bahkan kenangan yang begitu menyakitkan. Tapi kufikir kau tlah mengirimkan mereka yg datang tpat waktu, dikala memang aku membutuhkan kasih sayang, dan teman yg begitu setia.

Mungkin tidak kali ini saja, mereka slalu ada. Sejak dulu aku tau mereka akan selalu dbelakangku, melawan berbagai hujan yg mgkn akan menimbulkan badai.

Meski memang, masih terlalu dini jika tak kulihat secercah cahaya dr lubangnya hatiku dlu, tp sudahlah kurasa kau sudah cukup tenang dsana. Amati dan tunggu akulah dsana.


Hemmm, ya allah, kau sungguh mulia, kau berikan CINTA melalui orang yg kucintai dan kau miliki kembali sekarang. Dan tidak hanya dia. Mereka pun trlalu sempurna untuk diriku dsisinya.


Terima kasih sahabat. Terima kasih untuk warna yang kalian berikan pdku hr ini.


Gedunga

hanya maaf..

sebuah nama. . . .

oleh Fitriana Amalia (Catatan) pada 2 Januari 2010 pukul 17:04

jumat, 1 januari 2009
19:30, kediamanmu.

disaat semua orang merayakan datangnya tahun baru, namun mengingat hari kepergianmu, malah membuat hati banyak orang sakit.

aku yang hadir, hanya menangis, berdiri gemetar menahan seonggok rasa pilu dihati yang teramat perih. banyak pasang mata lebam karenamu, raung tangis bising dimana-mana, warna hitam terlalu menggelapkan mataku, rasa ingin jatuh selalu terbayang pada diriku, namun aku tak mau kesempatan ini hanya kuhiasi ambrunya diriku karenamu.

ibu, ayah, adik, dan kakakmu, duduk tersipu menahan air mata sayang dihadapan sebuah foto, yang jelas disana bahwa itu dirimu. ya, dirimu, yang hanya sebekas figur didalam hatiku.
tangan itu terlalu rapuh, untuk menyalami satu persatu tamu, termasuk aku. wajah itu tak mampu menahan meluapnya air mata, ketika dihadapanku.

perlahan, kronologi kepergianmu jelas kuketahui. dari awal kepergian mu ketanah kampung, hingga kepangkuan PENCIPTAmu.
berat, jika kau bertanya seberapa tangguhnya aku.
sakit, jika kau lihat betapa kurus, dan keringnya tulang ini karenamu.

sempat ibumu bercerita.

"subhanallah, mamah, pah, nisa, kak, KAMU. dia selalu manggil nama2 itu, waktu sakaratul maut."
ibumu berkata.


"KAMU",kata yang selalu terngiang dan kuhapus didaftar orang-orang yang kau ingat saat kau sekarat.
NAMAKU. kau sebut, tapi akankah kuhadir saat itu?

kau begitu mengingat namaku sampai diujung hayatmu, kau masih menyebutkan nama itu.
tapi taukah dirimu, mungkin saat itu aku masih tertidur lelap dikasur empuk, hangatnya belaian selimut.
tak sepintas namamu hadir dalam mimpiku.

SUNGGUH, berdosanya hambamu ini ya allah, pada kekasihnya yang terlalu sempurna untuk diriku.
ambil aku, dan kembalikan dirinya, meski aku tau itu hanya dongeng anak balita belaka.

sekarang aku bertanya, HUKUMAN apakah yang pantas untuk diriku? adakah neraka yang terlalu dalam, hingga ku mati dalam panasnya.

maaf, berulang kali maaf yang dapat kulimpahkan pada ibumu. atas kealfaanku, atas pengorbananmu, dan mungkin atas kesetiaanku padamu yang masih NOL.

mungkin aku salah, tapi apalah sebuah nama, jika aku MENCINTAImu. . . 

seandainya...

maaf........

oleh Fitriana Amalia (Catatan) pada 27 Desember 2009 pukul 14:32

dia pergi.....
orang yang selama ini menjadi sandaranku.
sandaran akan cerita, hidup, bahkan CINTA.

dia membawa semua dalam kepergiannya, bahkan kehidupanku.
tak bersisa, tanpa bekas, tanpa jejak, dan membiarkanku hidup dalam kehampaan, kosong, sepi, tanpa kesadaran jiwa siapa pun yang mampu membopongku.

dulu dia mampu mengobrak ngabrik hati, kehidupanku, hingga aku bergelimpangan akan tipu daya muslihatnya.
bayangkan, tidur sampai harus kuterlelap lagi, hanya dia yang ada dalam otakku. 
perpisahan yang membawaku dalam kesadaran akan hilangnya dia dariku.

setahun berselang aku tetap mencari keberadaanya, hingga aku harus melacak kehidupan orng yang terdekatnya.
pencarian kuberakhir pada pertemuan yang berhujung pada hubungan spesial sampai saat ini.

namun.............

belum seminggu, bagai kiamat itu datang, berita mengejutkan, hingga kurasa tak sanggup rasanya kujalankan hidup ini. 

ia pergi, tanpa memberikanku sedikit kesempatan untuk melihat, mengucapkan selamat tinggal, sampai waktu itu tiba.

pusaran yang tak kulihat dasarnya pun terasa menyesakkan. 
TUNGGU............ Akun belum datang, tunggu aku, beri aku harapan hinggaku tersaruk saruk menggenggam kain putihmu.

tapi tetap aku tak bisa, aku jauh darinya, jarak, keadaan, bahkan waktu yang menjepitku dalam kesedihan yang terlalu tajam.

kasih macam apa aku?
datang disaat kuharus menggenggam tangannya saja tidak, apalagi disaat dia harus sendiri terkubur dalam lahat, kini aku terpuruk akibat kepergiaannya.

"maafkan aku, jangan kau murka karena ketidakhadiranku itu, meski aku tak datang, BERSUMPAH jatuh aku karena kau pergi, aku selalu menginginkan kau untuk kembali, tapi itu tak akan mungkin.
selamanya aku berdoa dan LOVE YOU"

maafkan aku...........

sehari setelahnya..

Noda kehidupanku.

oleh Fitriana Amalia (Catatan) pada 26 Desember 2009 pukul 22:16

Malam pertamaku tidur dengan segala pikiranku tertumpah padamu, yang kini berbeda alam denganku.
Malamku sunyi, gelap, tak bertepi. Aku mati rasa dalam kegelapan yg menyeretku.

Takut, pengap, gelap, sendiri, sakit, sedih, dan terpuruk. Kau pergi meninggalkan itu semua dalam kehidupanku kini.

lalu bekal apa yang kau tinggalkan untukku melawan semuanya?

Baru, baru sehari kau tinggalkanku seperti ini, tp RASANYA bagai seabad yg tak kan berehenti.

Kau pergi, banyak yg kau sita dariku, tp kau pergi, juga banyak meninggalkan noda dalam hati seorang gadis yg rapuh ini.

Sadarkah kau? dengan tingkahmu seperti ini, perlahan lahan akan membawaku dalam DUNIAMU.

Tolak?, atau pasrah?

aku tau rasanya, karena kumengalaminya..



Awal kepergianmu . . .

oleh Fitriana Amalia (Catatan) pada 26 Desember 2009 pukul 11:27

Mesti berapa kali aku mengirim pesan padamu, agar kau dapat menjawabku?

Mlam itu, aku berniat menghubungimu, yg jauh dariku. meski aku tak dapat bertemu langsung denganmu, namun aku sudah sangat bersyukur bila kudengar suaramu.
Aku bermaksud, untuk menanyakan kabar dan memberitahumu, bahwa aku tlah slesai dengan serentet tahapan ini.
Tapi, apa yg aku dapatkan? aku hanya mendengar mesin kotak pesan dtelponmu.
Kecewa, jika kau tanyakan itu.
Terus semalam suntuk, aku berusaha mencarimu, hingga kabar menyakitkan itu hinggap dtelinga, hati, dan pikiranku .

Aku tersungkur, jatuh, sakit, pengap nafas terengah. Aku panik, pusing, tangis kupun tak cukup kukira tuk mengembalikanmu padaku.

Jarakmu denganku, keadaanku kini denganmu, alasanku terbesar tuk menyesali semua ini.
Aku ingin melihatmu, meski aku tau hanya jasad yg kuterima.
Tp aku pun tak mungkin segitu teganya pada orang tuaku, tuk meninggalkan mereka dengan kecemasan yg begitu dalam.

Aku berusaha pulang, dan kulihat jadi apa masa depanku.
Mungkim msih berantakan rupaku kini.

Entah, seberapa kacau hidupku nanti tanpamu.

Kita lihat saja!

Jumat, 13 Juli 2012

reason..

dulu aku kokoh akan pendirianku terhadap prinsip baru yang kubangun, bahwa tak ada lagi kata "jatuh"..
hingga tuhan mengirimkan kau menguji prinsipku..
dan..
aku masih mencoba bertahan, dan menawarkan sahabat dalam kolom hubungan yang hendak kau isi.
tapi..
kau berusaha menarikku dalam jerat kebahagian yang tak bisa kutolak.
akhirnya..
memang tidak runtuh prinsipku, hanya saja dengan hadirmu membuatku semakin berjuang lebih keras mempertahankannya.

resiko telah kujabarkan, jawaban juga telah kau ucap, maka semakin mantap aku menjalani semua bersamamu. dengan modal semangatmu bahwa jarak bukan perkara, kesibukan bukan masalah, usaha pun kujalankan.

'cinta tak perlu alasan'...itu pedomanku.
sampai berbusa aku memperingatkanmu, bahwa jangan ada alasan dalam cintamu.
kau pun berikrar, "takkan ada alasan dalam cintaku"...bagus

sedikit demi sedikit terubah sudah hidupku, meski kadang tak sejalan dengan apa adanya diriku..
kucoba menyukai hijau dan tak begitu melupakan biru, 
kucoba bermain basket, meski tak jarang aku terjatuh,
kucoba lebih sabar, terkadang emosi menghantamku,
kucoba mengerti sisi mudamu, meski kadang aku iri dan malu,
hingga kucoba memahami, bahwa kau telah lama pergi..

7 bulan kemudian, yaitu sekarang...
malam ini..
detik ini...
kau kembali menjebloskan aku dalam lubang kedepresian..
aku meronta kala tidurku, aku kembali menangis saat bermimpi akan dirimu.
aku terpuruk. kemarahan membuatku diam. kebencian membuatku bungkam. kesabaran membuatku buta, buta akan kehidupan..
kini aku lupa cara berkomunikasi dengan dunia luar, biarlah begini, tak membuat mereka turut sedih..

siang demi siang kuhabiskan waktu dibalkon, tempat yang dulu sepi dikala matahari menyengat, kini ada aku, fitri, fitri yang berusaha bermain basket meski disetiap titik kelelahannya, ia jatuh.
darah itu keluar, tapi kini tak ada kau yang sering memberi saputangan hijau khasmu..
fitri yang ini juga mampu membrontak kala hujan turun. ia diam ditengah gemuruh air yang jatuh dipipinya, ntah tangis, atau air hujan yang ada, tak peduli.
fitri yang ini juga suka terjaga hingga adzan subuh datang, melihat indahnya tempat dulu kau berpijak menungguku. tapi kosong sekarang..

 Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu butiran debu
(rumor-butiran debu)

kau tau?? aku merindukan sosok orang yang biasa bawel ditengah malam, merengek, manja padaku. lelaki yang sabar kala menungguku turun dan naik dimotornya. bahkan ia selalu tabah menungguku terpuruk di uks kala hujan membasahiku. sampai saat ini aku masih ingat aroma dijaketmu, yang pernah kau tinggal dulu demi aku.   
beribu alasan yang kubuang dan tak ingin kutau saat aku mencintaimu, karena kutulus..
namun kudapat alasan darimu yang kini membuatku meniti jalan kematian..

pelajaran untukmu, 'jangan ada alasan saat kau mencintai seseorang, karena seiring alasan itu pergi, maka cintamu pun akan pergi bersamanya'...

the last gift

sederhana..
ciri khasku..
ciri khasmu..
harapanku..
namun banyak menyimpan harapan akan kebahagianmu..

bukan barang mewah, tak sedikit pun pajak dikenakannya.
hanya kotak kecil. yang seperti kau berikan padaku dulu. bedanya, dia hijau.
ingat?? kau pernah datang, dalam sebuah ruang yang tak begitu besar. 
kau temui aku yang lusuh, lemas, meski hari bahagia telah datang. 
kalau mereka, datang dengan coklat persahabatan yang biasa kukenal dalam hatiku. aku sayang mereka..
dan mamah datang dengan meriah membawa banyak kudapan yang pasti bisa kusantap diam-diam tanpa si jubah putih tau..
tanpa terpikir bahwa ada sesuatu yang gagal. sebuah rencana besar yang pernah kau janjikan. tapi sudahlah, setidaknya kau ingat, kau datang untuk perhelatanku. pesta kecilku. 

dibalik selimut, aku berlindung dan menerima sekotak hitam penuh bintang kecil bertaburan. seperti antariksa. aku suka, sangat...
tapi aku lebih suka dalamnya. jam itu terus berdetak sampai sekarang, selalu kupakai, yang kau bilang bahwa kau pun memakainya juga.
tapi aku lebih suka siapa yang memberikannya, kau..

ku ingat apa alasanmu memberikan itu,  
"aku ngasih kamu itu supaya kamu inget aja sama aku selama detiknya terus berputar ya fit hehehe"..

dan benar, aku selalu mengingatmu, ****.
oohh, manisnya...dulu, 01 maret 2012.
terima kasih..

kini ku balas pemberianmu. setelah 4 bulan aku menunggu, agar aku bisa merayakannya untukmu.
meski ternyata, ..
perhelatan itu hanya bayang indah yang tak pernah terjadi seperti khayalku.
mungkin, kau lebih menyukai kesederhanaan, atau mungkin mungkin kau lebih suka jika aku tak ada saat itu.
tak apa, paket ini tetap tertuliskan atas namamu. milikmu...

aku hanya ingin menyelipkan tanda sayangku meski itu terlalu sederhana. tapi aku berusaha membuatmu mengerti dengan setiap sisi dan sudutnya terlihat tulus.
bukan pak pos nanti yang akan mengantarkannya padamu, bukan sahabatku, apalagi aku. 
hanya seorang bapak tua yang biasa kusebut ayah disekolah. bukan guru, dia hanya seseorang yang sama sederhananya dengan hadiahmu. seseorang yang setiap harinya bercerita akan kesederhanaannya dalam hidup. kau harus tau bahwa sederhana itu indah..
telah kutitipkan padanya. dan disaatnya tiba kau akan menerima si kotak hijau tanpa nama. aku ingin kau mengenalku dengan hatimu, bukan dengan tulisan namaku. cobalah..

semoga kau suka, semoga kau mengerti arti dari semuanya. dan tak perlu kusebut betapa panjangnya doaku untukmu, karena tuhan sudah mengerti dengan sendirinya, kuharap dia mengabulkannya. amin..

itu yang terakhir dariku sebelum akhirnya aku benar benar benar dan tak ingin bertemu denganmu, kau tau alasannya. aku rapuh..

(lyla-akhir cerita)
kenanglah aku kapanpun engkau mau, 
simpan diriku bila masih dihatimu..
Andaikan nanti cinta datang kembali 
Akan ku sanjung engkau di dalam hatiku..

                                                           Fahd Ibadurrohman















Selasa, 10 Juli 2012

debu ditengah pesta

jika pagi pergi meninggalkan kesejukkan..
maka siang tergelincir meninggalkan peluh..
jika sore berselang meninggalkan keramaian..
maka malam berlalu meninggalkan mimpi..

hingga, akhirnya kau yang pergi..
maka tinggalah debu...

hanya debu, tanpa pamit, tanpa kabar yang mengiringimu, kau melangkah begitu jauh, hingga kau lupa akan hadirku..

tak sadar aku berlari, berusaha menggapaimu, mengejarmu, tapi kau begitu cepat berlalu..
debu mengahapus jejakmu.
angin membawa harummu.
tapi jangan tuhan mengambilmu, karena pasti kutakkan mampu.

hilangnya kau dimuka berita, maka membawa segenap kekhawatiranku akan dirimu.
kucuba segala cara tuk mengembalikanmu, tapi hanya kekosongan yang kudapat.

dipenghujung perhelatanmu saja kau masih sanggup bersembunyi dari keramaian ini, mungkin jika kau tau bahwa aku masih terjaga tuk merayakan kebahagian ini denganmu, maukah kau pulang untukku? 
aku masih sanggup jikaku harus berlari, membuka kamurmu, berteriak, dan menyanyikannya untukmu. tapi sayang, kau tak ada..

hanya tuhan yang kupercaya tuk menjagamu, segala upaya kemanusianku kini hanya sanggup bertahan diatas sisa ketabahanku.

 "Tuhan bantu aku menjaga titipanmu. kau berikan aku akan dirinya dulu dengan membawa cinta.
dan bila sekarang kuminta ia kembali, apakah itu salah?? tak perlu dengan cinta kau pulangkan ia. hanya dengan senyumnya saja, aku akan bahagia."

pulanglah selagi kau mampu untukmu kembali, jangan biarkan debu yang terus kutemui..
aku bosan dengan kehampaan ini. aku benci akan kesunyiannya..
aku ingin, ingin sekali kau kembali, meski bukan untukku lagi..

baik, .. jika tuhan bersedia memberimu kabar akan pencarianku ini, akan kutitipkan pesan untumu nanti padanya..

ini pesanku ya..

kembali, semoga kau bahagia, dan selamat ulang tahun...

didedikasikan untuk semua yang berulang tahun hari ini, 10 juli 2012, dikhususkan untuk tahun 1996.. 



Kamis, 28 Juni 2012

kisah seorang ibu ditanah haram

ini kisah seorang ibu dengan kesedihan sekaligus ketabahannya dalam menjalani hidup.
ini cerita yang ia suguhkan ditanah yang Allah SWT berkahi..Mekkah almukarrahmah.

cerita ini pun kumulai...

siang menggantikan pagi. matahari semakin tinggi menunjukkan waktu menuju dzuhur.
setelah gagal dengan upayaku bersama ibu, dan bu'de mencium hajar aswat, kami mempersiapkan diri dengan berwudhu, dan mengambil barisan untuk menghadap sang khaliq.
dzikir dilafadkan dalam hati, menenangkan, dan menyejukkan kala suhu tak bersahabat kala itu.

tak lama waktu berselang, datang seorang ibu nan cantik asal Banjarmasin, Kalimantan.
ia mengambil posisi untuk solat sunnah bersebelahan dengan ibuku.
hingga waktunya untuk berkenalan pun tiba selayaknya ibu-ibu yang baru bertemu.

bincang demi bincang berlalu, dan terbesit pertanyaan dengan siapa ibu ini datang ketanah nan suci.

"ibu datang kesini sama keluarga?? suami atau anak??" ibuku bertanya..
"saya datang sama ponakan, enggak kok suami saya kerja, saya udah GAK PUNYA ANAK, bu" wanita ini menjawab.

spontan pertanyaan ibuku terjurus pada pernyataannya yang terakhir. 

hingga pertanyaan demi pertanyaan terjawab, dan kisah itu menjadi satu beriringan dengan turunnya air mata sang ibu tersedu..

ia memiliki seorang anak semata wayang. ia mengurusnya hingga si anak (sebut saja Galih) mampu menempuh pendidikan tingkat kelas 2 SMA. 
Galih memang terkenal sebagai anak yang pendiam, namun aktif dalam segala kegiatan. ia pun seorang pengendara motor yang lihai, jalan demi jalan ia lewati tak jarang dengan luka pada akhirnya, tapi tetap berharap pulang dengan utuh tentunya..

hingga suatu ketika..

"kamu kalau naik motor pelan-pelan dong, dikit-dikit jatoh, patah ini itu, dari pada kamu menderita kaya gitu, kesakitan, mendingan mati sekalian aja.." ibu berucap.

lidahmu, harimaumu. itu pepatah biasa yang terlontar kala kutuk terucap.
restu orang tua, restu Allah juga, itu doa yang paling mujarab dijagat raya.

dan Allah berkehendak tak berkutik seketika siapa pun yang dikehendakinya..

10 tahun berlalu, karena ulahnya, Galih muda terbujur dibawah pusara, sendiri, dan berjuang menuju sisiNya. ia terlempar bermeter-meter dari tempat dimana ia mendapatkan hantaman keras dari motor yang menabraknya. tanpa darah, tanpa jeritan, tanpa tangisan, ia sempat terbaring koma selama 2 hari menjelang proses operasinya. segala upaya sang ibu dan ayah perjuangkan. namun sayang, ia sudah pada takdirnya, Allah sudah memanggilnya kala semua sudah berusaha untuk yang terbaik, tapi ini yang terbaik baginya..

ibu berusaha tegar, dan ayah akan menerima kehampaan atas hilangnya sang Galih kecil.

hanya doa, dan kasih sayang tak akan putus hingga kita menyusulnya.

kasih ibu sepanjang masa.. hanya itu pedoman bagi sang bunda kala ia hadir disamping kubur si anak, ia mengaku sangat nyaman baginya bila datang berziarah.. dan tak ingin pulang rasanya..

tak terasa pilu berlinang air mata kurasakan dihati, sejenak aku berdoa bagi yang disana, dan menatap ibuku dengan ucap...


Terima kasih, Bunda...


didedikasikan bagi seluruh anak & ibu Indonesia..